Pada satu liburan di Monte Carlo (1923) bersama seorang sahabat bernama Vera Bate Lombardi (seorang sosialita Inggris), Coco Chanel diperkenalkan oleh Vera ke pria yang diakui sebagai pria terkaya di Inggris dan dunia saat itu. Ia adalah Duke of Westminster, bernama Hugh Richard Arthur Grosvenor, dengan nama panggilan ‘Bendor’. Sehari setelah perkenalan, Bendor mengajak Coco Chanel dan Vera untuk berlayar dengan yacht (40-cabin) bernama The Flying Cloud. Pelayaran ini menumbuhkan asmara antara Bendor dan Chanel sampai 7 tahun ke depan. Setiap kali berlibur ke Inggris, Chanel selalu terkagum-kagum dengan gaya berpakaian Bendor dan teman-temannya sesama bangsawan. Pakaian dengan bahan yang nyaman dan tahan untuk dipakai di aktifitas dari berkuda, tenis, golf, hingga berlayar. Chanel terobsesi untuk membuat pakaian wanita menjadi setangguh dan senyaman apa yang ia perhatikan. Bendor memperkenalkan satu jenis bahan kain yang ia kenakan sebagai blazer ke Chanel ketika mereka sedang berlibur memancing di Sungai Tweed, satu kawasan di sebelah selatan Edinburgh. Chanel sangat berbinar-binar, dan rasanya ingin segera membuat koleksi womenswear nya dengan bahan rajutan yang bertekstur nyata tersebut. Bendor yang senang dengan kreatifitas Chanel, membantu menciptakan kondisi eksklusif dengan membeli satu-satunya pabrik tenun bahan tersebut di Skotlandia untuk Chanel. Chanel yang kreatif memberi nama bahan tersebut dengan tweed.
Telusuri jejak-jejak Chanel di imajinasi lansekap Sungai Tweed
Saat ini bahan tweed sudah menjadi bagian dari identitas rumah mode Chanel, sehingga layak sekali jika tahun ini, di presentasi fall/winter 2022, creative director Virginie Viard mendedikasikan koleksi ini untuk tweed. Backdrop lintasan peragaan busana dibuat berupa visual anyaman tweed, lalu runway dibuat meliuk berbelok bagai Sungai Tweed dari sudut Scott’s view, berwarna hijau tanah warnanya Sungai Tweed. Rancangannya sendiri menyerap gaya bangsawan yang sedang berburu di country side, ada jaket-jaket oversized dengan saku-saku besar, juga cardigan dan jaket-jaket maskulin berwarna lembut. “Tak ada yang lebih seksi dari pada ketika kamu memakai pakaian-pakaian orang yang kamu cintai,” ujar Virginie. “Mencurahkan seluruh koleksi ini untuk tweed adalah sebuah tribute dari kami. Kami mengikuti jejak-jejak Gabrielle Chanel di sepanjang Sungai Tweed, untuk membayangkannya dalam warna-warna lansekap Tweed. Seperti kot panjang warna pink bersanding dengan warna biru dan ungu, atau suit warna burgundy dengan bias warna keemasan. Beginilah Chanel akan berpakaian ketika ia menjelajahi Scottish countryside.”