Sebelum pandemi melanda, tidak banyak orang memberi value pada sebuah ‘kebersamaan’, bertemu orang setiap hari di tempat kerja, di tempat pertemuan, atau di tempat ibadah, terasa ok dan biasa-biasa. Namun ketika pandemi hadir di bumi beserta peraturan keras social distancing, setiap orang seperti dihadapkan pada kenyataan bahwa kebersamaan itu begitu ‘amazing’, begitu diruindukan, bertukar tawa, cerita, energi, yang menyehatkan jiwa. Bergesekan siku dan adu toss yang terasa begitu hidup dan mudah untuk dilakukan, berubah menjadi sesuatu yang harus dipikirkan dulu berkali-kali. Akhirnya ruang bertemu, ruang kantor, kantin, kampus, hingga pasar, adalah ruang untuk berhati-hati dan was-was. Situasi pun menjadi tambah sepi karena muncul pula teknologi yang menciptakan ruang meta yang maya, ia sanggup menembus jarak dan kembali menyatukan kesendirian, namun secara fisik setiap orang malah semakin menyendiri.
Bersama tebarkan semangat dan cahaya
Kerinduan akan kebersamaan ini dirasakan lebih dalam oleh 3 insan kreatif, yang kemudian direkahkan menjadi satu karya isntalasi sebagai sebuah representasi ruang spasial yang dipampangkan di tepi jalan, di atas bubungan bangunan dia.lo.gue artspace (satu galeri yang popular di kawasan Kemang, Jakarta Selatan). Karya diberi judul dengan “Bersama”, berupa gambaran sosok-sosok pencari hidup sehat dalam bentuk fotografi hitam putih yang dicetak di atas kain tranparan, lalu disusun paralel mengikuti bentuk bubungan atap bagian depan bangunan, kemudian diberi cahaya putih terang di bagian bawah material. Ketika malam tiba, instalasi ini bagai pusat cahaya di antara gelap pepohonan yang masih banyak tumbuh di kawasan Kemang. Pusat pancaran cahaya berisi orang-orang yang ceria berpakaian olahraga, menebarkan semangat yang terang dan bening. Posisi bangunan yang dekat dengan traffic light membuat siapa saja yang berhenti akan menoleh, memperhatikan setiap gambar putih terang sembari menunggu lampu hijau menyala. Misi karya ini memang ingin memberikan cahaya yang positif agar siapa saja dapat saling membangun diri, berjalan bersama, saling menyemangati dan berkarya bersama. Kebersamaan adalah vaksin yang memberikan kami harapan, sukacita dan sekaligus pertemanan yang sehat.
Wajah-wajah Kemang yang bercengkerama
Tentu tidak ada satu perencanaan atas lahirnya karya ini, awalnya hanyalah keinginan untuk berjalan ke luar rumah, keluar dari ruang kesendirian untuk mencari matahari pagi. Energi positif ini lalu mengalir dan menular membawa beberapa orang lainnya untuk menelusuri Kemang bersama-sama, mengikuti matahari, menelusuri lorong-lorong di Kemang yang berliku, keluar masuk gang, bertemu banyak warga Kemang, bercengkerama dengan para pedagang asongan, menemukan wajah-wajah penduduk di dalam keseharian. Kebiasaan jalan pagi ini menjadi sebuah “Corona Profiteur”, kebiasaan yang malah menjadi perekat keakraban tiga sahabat yang membuat karya tersebut. Mereka adalah, Gregorius Supie Melodi, arsitek dan pendiri dari ‘d-associates’ yang berkantor di jalan Bangka, Hermawan Tanzil, desainer grafis dan pendiri dari biro desain ‘LeBoYe’ yang berlokaSi di gedung yang lebih kita kenal sebagai Dia.Lo.Gue Artspace dan Indra Leonardi seorang fotografer, dengan studionya ‘The Leonardi’ yang berlokasi di Kemang Barat.
Ajakan untuk multi kreatif dan penuh warna kehidupan
Karya instalasi ‘BERSAMA’ ini juga semacam ajakan untuk saling membangun warga kawasan Kemang menjadi berlingkungan kreatif dan dinamis, bisa hidup kembali menjadi area hunian dan komunitas yang multi krratifitas dan penuh warna. “Kami berharap Kemang bisa menjadi salah satu bagian dari daya tarik wisata kota Jakarta, dengan latar belakang budaya Betawi dan perpaduan multi etnis bagi warga yang menghidupinya,” ujar mereka bertiga yang terinpirasi dari Kemang dan sekitarnya untuk masyarakat luas agar dapat dinikmati oleh publik. “Diharapkan publik dan masyrakat luas dapat merespon karya ‘Bersama’ ini menjadi sebuah kebangkitan bersama pasca pandemi Covid-19.” Selain agenda pameran karya instalasi “BERSAMA” ini, Dia.Lo.Gue Artspace juga menyelenggarkan pameran sketsa berjudul “Kemang Neigbourhood” kolaborasi antara komunitas ‘Kemang RTRW’ bersama Gladys Teo Simpson seorang Urban Sketcher berdomisili di Kemang, ada juga pameran solo dari Wastuwidyawan yang membawakan narasi pengalaman domestik nya saat lockdown di masa serba ketidakpastian. Pemutaran film seperti ‘Dendam Rindu Harus di balas Tuntas’ dari Palari Film bersama Kinosaurus Jakarta. Ada juga ‘Book, Etcetera’ sebuah koleksi buku buku spesial yang telah di kurasi oleh ak.sa.ra Kemang, serta Edward Hutabarat Living yang akan hadir spesial di Dia.Lo.Gue Shop. Seluruh rangkaian acara ini adalah sebuah bentuk dukungan untuk turut merayakan ‘Kemang 12730’ sebagai seni dan desain hub bersama ICAD ke-XI.