PETA, sudah lebih dari 4 dekade memperjuangkan animal-rights, demi etika sesame makhluk hidup dan menghindari penyiksaan terhadap hewan baik untuk dijadikan hiburan, makanan, atau dijadikan pakaian. Di arena fashion, PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) sudah lama menggelar aksi-aksi unjuk rasa menentang jenama fashion yang menggunakan bulu hewan, dari mulai aksi menggigit daging mentah yang berdarah di hadapan khalayak fashion, hingga wanita-wanita bertelanjang badan di tengah musim dingin mengusung poster bertuliskan ‘Stand Up For Animals’, ‘Leather Is Dead’, hingga ‘We’d Rather Go Naked Than Wear Fur’. Aksi digelar di depan department store, atau di depan venue fashion show dari jenama-jenama yang menggunakan fur.
Sama-Sama Kuat
Peta berhasil merangkul supermodel seperti Naomi Campbell, Christy Turlington, Marcus Schenkenberg untuk mengibarkan bendera ethical fashion ini. Mereka difoto tanpa busana, lalu disebarkan dengan pesan ‘lebih baik tidak pakai baju dari pada menggunakan bulu hewan’. Pada tahun 2005, Anna Wintour sedang duduk di restoran sambil menunggu waktu fashion show jenama Chanel di Paris, ia mengenakan fur elegan dari Fendi. Tiba-tiba seorang anti-fur masuk ke restoran dan melempar wajah Anna dengan makanan, ia menganggap Anna dan majalah Vogue turut meningkatkan minat manusia terhadap penggunaan fur. Anna segera digiring bodyguard nya ke tempat yang aman, dan ketika ditanya komentarnya tentang pelemparan tersebut, Anna menjawab dengan tiga kata: ‘Wear more fur’.
Bebas Unsur Hewani
PETA memang mengungkapkan fur fact yang mencengangkan terhadap perlakuan industri fur terhadap hewan, mulai dari electrocuting untuk memisahkan bulu dari badan hewan yang menyiksa, peternakan hewan yang tergolong kejam dan semena-mena, hingga perangkap hewan liar yang memangsa kaki demi diambil bulunya. Usaha PETA tidak sia-sia, hingga saat ini sejumlah jenama fashion sudah menyatakan produk mereka tidak memakai fur lagi. Website Harper’s Bazaar Australia menyebutkan jenama-jenama tersebut, di antaranya adalah Bottega Veneta, Burberry, Calvin Klein, Gucci, Giorgio Armani, Hugo Boss, Maison Margiela, Michael Kors, Prada, Ralph Lauren, Stella McCartney, Tommy Hilfiger, dan Versace.
Musim Sikap Fake
Sikap Anna Wintour untuk ‘Wear more fur’ cukup menarik, sebagai seorang jurnalis yang ikut menggerakkan industri fashion, menciptakan demand, dan melahirkan desainer-desainer baru, mungkin Anna tahu bahwa setiap terjadi suatu gerakan massa akan melahirkan peluang bisnis besar. Hasil dari gerakan anti-fur PETA ini tentu saja sudah ditunggu-tunggu oleh entrepreneur ulung yang siap memenuhi kebutuhan jaket bulu bagi orang-orang yang tinggal di negeri empat musim. Pebisnis segera memproduksi pilihan faux fur atau fake fur, atau bulu palsu, yang terbuat dari bahan sintetis yang tidak menyiksa hewan, dan cepat didapat.
Ajian Serat Beracun
Faux fur tersedia mulai dari yang murah dan membuat kulit gatal, hingga yang mahal berlabel premium yang sangat menyerupai natural fur. Cara produksinya mudah tanpa melalui proses peternakan, bahan tersebut adalah plasti, bahan yang mudah diadakan namun mendatangkan masalah susulan yang lebih merusak dan mengganggu sustainability bumi. Penelitian yang dilakukan oleh International Fur Trade Federation menemukan bahwa faux fur memiliki akibat yang lebih parah. Faux fur meracuni lingkungan dengan partikel micro plastic. Organic Waste Systems, sebuah laboratorium khusus biodegradability dan compostability di Ghent, Belgia, menemukan bahwa serat sintetis mengandung residu beracun yang akan menggangu habitat hewan dan manusia, temuan ini
Super Fashion Ancaman Bumi
Huffpost.com menjabarkan bahwa faux fur tipikalnya terbuat dari serat polymeric sintetis seperti acrylic, modacrylic, dan polyester yang esensinya juga pembentuk plastik. Proses pembuatannya kira-kira seperti pembuatan cotton candy, bahan baku dicairkan lalu dipintal menjadi serat, serat-serat kemudian ditancapkan rapat-rapat ke bahan dasar, kemudian ketebalannya dipotong sesuai dengan ketebalan bulu hewan yang ingin diimitasikan. Hasilnya, super fashion, mampu menyamai penampilan natural fur keluaran Fendi atau Tom Ford. Namun akhirnya, tetap plastik adalah senyawa yang sungguh mengancam bumi, yang tak akan terurai sampai ratusan tahun. Banyak pembuktian yang terus bertambah tentang betapa peran plastik terus meningkat dalam hal penyebab kepunahan aneka jenis satwa. Plastik sudah ditemukan di dalam tubuh lebih dari 60% populasi burung-burung laut, dan 100% kura-kura laut menganggap bahwa plastik adalah makanan.
Advokasi Natural Fur
Wearefur.com, website advokasi natural fur mengklaim bahwa industry bulu hewan yang asli menggerakkan jutaan lapangan pekerjaan, dari mulai peternakan di daerah terpencil hingga ke komunitas artisan, pekerja handcraft, hingga fashion house di seluruh dunia. Natural fur bersih, berprinsip sustainable fashion, dan biodegradable. Web ini menginformasikan lokasi-lokasi kawasan peternakan, lingkungan, etika, berita-berita tentang perkembangan dan penelitian yang berkaitan dengan sustainable fur, hingga foto-foto fashion show rumah mode pengguna natural fur. Pro dan kontra bulu hewan ini membentangkan pilihan untuk kita, mana yang lebih bijaksana?
Foto: Peta, We Are Fur.