Luxina.id, Louis Vuitton kembali menunjukkan taringnya dalam lanskap horologi tinggi dengan meluncurkan Tambour Bushido Automata — sebuah mahakarya yang tidak hanya mengusung teknologi jam mekanik tingkat tinggi, tetapi juga menjelma sebagai penghormatan mendalam terhadap budaya Jepang yang sarat makna dan estetika. Dan ini bukan pertama kalinya pula, Louis Vuitton mengambil inspirasi (untuk jam tangan) dari budaya Jepang yang begitu kaya akan filosofi.
Setelah menuai pujian atas Tambour Carpe Diem dan Tambour Opera Automata, Louis Vuitton kini mengalihkan perhatiannya ke tanah para samurai. Di sinilah Bushido, kode moral legendaris yang mengakar dalam disiplin, kehormatan, dan keberanian, menjadi inspirasi utama dari jam luar biasa ini. Wujudnya? Sebuah teater mini berdurasi 16 detik di pergelangan tangan, yang menyatukan keanggunan, kekuatan, dan semangat seni.
Waktu dalam Topeng Samurai

Satu sentuhan pada tombol khusus akan menghidupkan dunia di dalam dial jam: topeng samurai yang awalnya tenang berubah ekspresi, menampilkan determinasi. Mata LV Monogram Flower yang membulat berubah menjadi tajam, sementara rahang terbuka, memperlihatkan tulisan “Bushido” dalam karakter Jepang berwarna merah. Jam dan menit terungkap lewat animasi topeng serta pedang katana sebagai penunjuk menit retrograde.
Seluruh tampilan ini digerakkan oleh kaliber mekanis LV 525 manual-winding, yang terdiri dari 426 komponen dengan dua komponen yang dipatenkan oleh Louis Vuitton, dan menyimpan cadangan daya hingga 100 jam. Ini merupakan sebuah prestasi teknik luar biasa dari La Fabrique du Temps Louis Vuitton.
Panggung Seni Métiers d’Art

Dial jam menjadi kanvas tiga dimensi yang mempersembahkan ukiran menawan dan teknik enamel klasik seperti paillonné, cloisonné, hingga enamel lukisan miniatur. Gunung Fuji yang menjulang dengan matahari merah menyala, helm kabuto dengan lapisan emas merah tua, hingga yokai (makhluk mitologi Jepang) bermata ruby — semuanya menyatu membentuk kisah yang hanya bisa dihidupkan lewat sentuhan tangan para ahli.
Tiap detail diolah dengan ketelitian ekstrem: dari knot di dial, gagang katana, hingga bagian belakang case yang menampilkan yokai lain dalam enamel merah cemerlang. Proses pengukiran memakan waktu sebanyak 140 jam, dan 120 jam lainnya untuk pekerjaan enamel yang presisi dan eksperimental.
Case sebagai Kanvas Kisah

Untuk pertama kalinya dalam sejarah lini jam Louis Vuitton, seluruh case dan bezel jam dihias penuh dengan ukiran dan enamel. Di sinilah cerita perjalanan seorang samurai disematkan: matahari merah terbenam di balik Gunung Fuji, dipadu dengan latar merah bertekstur yang diperoleh dari ribuan paluan kecil sebelum dibakar dan diisi enamel. Sebuah proses yang menuntut total 200 jam kerja penuh risiko — dan hasilnya? Eksplosif secara visual.
Sebuah Maha-Karya Tak Terulang
Setiap unit Tambour Bushido Automata dikerjakan secara individual, tidak ada dua yang benar-benar identik. Jam ini bukan sekadar penunjuk waktu — ia adalah simfoni visual, manifestasi dari filosofi “savoir-faire” Louis Vuitton yang berpadu dengan semangat eksplorasi budaya dan teknis.
Untuk para kolektor dan penikmat horologi sejati, karya ini adalah lambang keberanian dalam berkarya dan bentuk tertinggi dari luxury: unik, penuh makna, dan tidak tergantikan.
