Kreativitas untuk rayakan Dirgahayu Republik Indonesia selalu akan disambut gembira, seperti yang dikibarkan oleh jenama no’om I no’mi by Soetjipto Hoeijaja, jenama ini memamerkan 40 lembar scarf bergaya pop-art yang dipamerkan di Ashta District 8 Lobby SCBD, Jakarta Selatan. Lembar scarf bagai kanvas menampilkan figur ikonik Indonesia seperti Ondel-ondel dari Betawi, Barong Bali, dan Penari Bali. Pameran ini semacam galeri #noomnomiAround yang dihadirkan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mendekatkan budaya tradisional melalui fashion dan storytelling. Setiap scarf yang ditampilkan dibuat dengan cermat dari serat viscose yang disempurnakan dengan penggunaan solusi berbasis air terbaru dan kain ‘EcoFion’. Serat unik ini berasal dari ekstraksi selulosa sel tumbuhan dan memiliki sertifikasi ISO/TR. Fakta ini memperjelas sifat produk yang tidak beracun dan bebas plastik, memastikan produk tersebut 100% dapat terurai secara alami. Apa saja scarf yang dipamerkan hingga 1 September 2024 nanti?
1. Ondel-ondel
Dipetik dari seni pertunjukan tradisional Betawi yang biasa ditemukan pada pesta rakyat, melambangkan kehadiran pelindung leluhur yang mengawasi keturunan dan warga desa. Visual dari boneka besar ini (tinggi aslinya sekitar 2,5 meter, dibuat dari anyaman bambu yang memudahkan mobilitas) digambar berupa topeng, dengan “Kembang Goyang” atau bunga bergerak di atas kepala. Boneka Ondel-ondel laki-laki secara tradisional memiliki wajah yang dicat merah, sedangkan boneka perempuan dibedakan dengan wajah yang dicat putih. Ekspresi budaya ini tidak hanya menghibur tetapi juga membawa makna budaya yang mendalam, mewujudkan keterkaitan antara generasi masa lalu dan masyarakat masa kini dalam budaya Betawi.
2. Barong
Figur tradisional dalam mitologi dan budaya Bali yang sering digambarkan dalam pertunjukan Tari Barong. Barong adalah makhluk mirip singa yang melambangkan roh baik dan pelindung desa. Merupakan simbol keseimbangan dan keharmonisan, dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa kemakmuran. Dalam Tari Barong, Barong berperang melawan roh jahat Rangda, melambangkan perjuangan abadi antara kebaikan dan kejahatan. Tarian ini diiringi musik tradisional Bali dan kostum penuh detil, menciptakan pertunjukan menawan dan dinamis yang merupakan bagian penting dari warisan budaya Bali.
3. Ungkapan populer bahasa Bali.
Ragam ungkapan dalam Bahasa lokal Bali yang banyak didengar dalam percakapan sehari-hari di Pulau Dewata antara lain seperti “Matur Suksma” (Terima Kasih), “Om Swastiastu” (Halo dan Diberkati), “Rahajeng Semeng” (Selamat Pagi), dan “Astungkara” (Amin). Ungkapan-ungkapan ini seringkali membangkitkan kenangan akan masa- masa indah selama di Bali, untuk dikenang dalam waktu yang panjang.
4. ‘Nyeledet’
Ekspresi wajah yang unik dan ikonik dalam tarian Bali, terutama dikenal dengan matanya yang melotot dan gerakannya yang khas dari kiri ke kanan. Teknik ini bukan sekadar isyarat fisik belaka, melainkan bentuk ekspresi yang menambah kedalaman dan makna pada pertunjukan. Dengan menguasai seni ‘Nyeledet’, penari Bali dapat menyampaikan emosi, narasi, dan tema secara efektif kepada penonton melalui visual storytelling yang kuat. Ekspresi wajah yang rumit ini meningkatkan elemen teatrikal dan cerita tari Bali yang menawan, mengangkatnya ke aspek penting dari bentuk seni yang kaya dan budaya yang dinamis.