Cerita baru dari rangkaian scarf Hermès tiba di leher-leher pria. Dimulai dengan Hermès Football Club scarf 100 terbuat dari cashmere dan sutra, ini pilihan tepat untuk antisipasi masker yang bagi sebagian dianggap terlalu mencekam, penggunaan scarf yang disimpulkan di leher bisa kemudian ditarik untuk menutup hudung dan mulut ketika harus bepergian ke luar. Istilah scarf 100 sendiri artinya adalah scarf tradisi Hermès berukuran 100 x 100 cm, ukuran tepat untuk selembar scarf. Selain scarf football, cerita lain Hermès scarf yang muncul adalah tampilan double face, masing-masing sisi memiliki desain rupa yang berbeda karya Daiske Nomura dengan judul C’est la Fête. Permukaan scarf mulus matt dengan finishing tipikal men’s wardrobe.
Bahan Cahsmere dan Silk Sebagai Penghias Leher
Kalau Scarf 100 cashmere diproses di Nepal, dengan metode dyed tradisional seperti perendaman setiap ujung scarf dilakukan di tempat yang berbeda, sehingga pencapaian warna original bisa maksimal. Setiap scarf diciptakan one-of-a-kind karena hasil pemetaan perendaman dan imbuhan screen printed signature yang berbeda. Tradisi scarf sutra segi empat Hermès, atau disebut dengan Hermès Carré, dimulai ditahun 1937 (100 tahun setelah Hermès berdiri). Scarf pertama tersebut dibuat oleh Robert Dumas dan diberi nama dengan Jeu des Omnibus et Dames Blanches. Scarf berwarna dasar putih, terinspirasi dari sebuah board game antik di dalam koleksi personal Hermès, kemudian dikembangkan berupa sembilan orang ladies sedang khusyuk bermain Omnibus, para ladies dikelilingi 12 kereta kuda yang berbaris membentuk dua lingkaran. Scarf ini menjadi cikal bakal tradisi Hermès Carré dengan desain yang menjadi klasik hingga kini, kental berkultur equestrian, berpola circular dan simetrical, kaya detail, dan kaya warna.
Foto: Hermès