Debut Glenn Martens untuk koleksi Artisanal Maison Margiela adalah bentuk resurrection yang menggugah dan misterius. Diselenggarakan di lokasi bawah tanah yang sama dengan peragaan couture terakhir Martin Margiela pada 2009, pertunjukan ini terasa seperti penghormatan sakral terhadap masa lalu. Bertempat di lorong-lorong lapuk Le Centquatre yang rapuh, atmosfernya penuh eerie reverence. Ini bukan sekadar pertunjukan mode, ini adalah kebangkitan anti-fashion, sebuah reinkarnasi dari kode-kode paling radikal Margiela.
A Haunting Kind of Beauty

Dari tampilan pertama, diiringi musik asli Billy Corgan yang lambat dan emosional, suasana langsung tegang. Muncul perasaan tak familiar, tetapi intens, seperti menemukan sesuatu yang baru atau telah lama terkubur dan kini hidup kembali.Walau ini tidak sepenuhnya baru, namun terasa seolah esensi sejati Martin Margiela bangkit kembali. Sebuah kebangkitan emosional akan anti-fashion lewat gerakan yang menghantui, tekstur lapuk, dan ketegangan puitis antara kehancuran dan penghormatan. Membangkitkan masa lalu untuk menantang masa depan.
Reinterpretasi Kode Rumah Mode

Pertunjukan dibuka dengan mantel transparan plastic yang menunjukkan torso dari modelnya, yang mengingatkan pada arsip Margiela, khususnya lapisan plastik koleksi Spring/Summer 1990. Namun ini bukan sebuah replika. Ini adalah relik yang diinterpretasi ulang. Jaket biker dan mantel yang mengelupas dan membusuk seakan tererosi waktu, seperti baru digali dari reruntuhan. Permukaan kain seolah membusuk yang merupakan motif bunga yang terinspirasi dari interior Renaisans Eropa Utara, khususnya wallpaper asal Flandria abad ke-16. Dicetak ulang pada kertas, lalu digunakan sebagai overlay yang menyerupai fabric prints dan jejak waktu yang terlupakan.

Tekstur bukan satu-satunya elemen dekonstruksi dan kelahiran kembali. Permukaan seperti permata tampil menonjol. Topeng dan gaun permata dari deadstock costume jewelry dan batu permata asli menjadikan setiap figur seperti artefak berkilau. Teknik trompe l’oeil mengubah pakaian menjadi kanvas, meniru sapuan kuas pelukis simbolis Gustave Moreau. Pakaian yang dilukis tangan ini menangkap bahasa surealis sang seniman, menjadikan tubuh manusia sebagai living painting. Topeng-topeng yang menyeramkan, memesona, dan nyaris grotesque dibentuk dari kotak logam remuk, tulle, dan sisa sisa permata, menyamarkan identitas pemakainya. Seperti banyak elemen lain dalam show ini, topeng-topeng tersebut terasa sekaligus mewah dan merupakan ciri khas Margiela yang di debut pertama kali di tahun 1989. Topeng yang bukan sekadar aksesori, melainkan relik dunia lain yang memperkuat obsesi Margiela terhadap anonimitas, transformasi, dan ketidaksempurnaan.

Pencapaian Glenn Martens bukan hanya sekadar penghormatan, tetapi membuahkan hasil yang dapat dibilang “a haunting kind of beauty” , sebuah surat cinta penuh emosi terhadap Maison Margiela dan Sejarah kayanya. Seorang jenius yang berhasil membuktikan dirinya di Y/Project dan Diesel, dan sekarang berhasil mengartikulasikan ulang visi masa depan Margiela. Berani untuk mempertanyakan kembali makna kecantikan di dunia modern. Membawa masa lalu sebagai lensa untuk melihat masa depan. Sebuah masa depan yang mungkin menantang penonton untuk mendefinisikan ulang arti keindahan. Sebuah momen yang membuat audiens terdiam. Kebangkitan kembali raw emotion dan semangat pemberontakan di mana yang terlupakan bukan hanya dikenang, tapi dilahirkan ulang.




