Ada yang menarik dari panggung Fashion InStyle yang diselenggarakan oleh Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) pada 21 April 2024 lalu. Gelaran yang dulunya dikenal sebagai Hong Kong Fashion Week ini, menghadirkan debut 11 desainer muda Indonesia di kancah Global. Mereka menghadirkan sentuhan Nusantara pada setiap koleksi yang ditampilkan pada Fashion Parade bertema Revival.
Sebelas desainer muda yang tampil dalam parade ini, terdiri dari delapan desainer clothing, yaitu Tesalonika Louise, Kezia Agatha Irawan, Livia Sinarso, Winnie Nettabella, Vilerie The, Jocelyn Chandra, Michella, dan Stevanie Tanzil, serta tiga desainer aksesoris, yaitu Gabriella Milenia, Felecia Gunawan, dan Chrisella Fenina. Ketiganya menghadirkan koleksi tas.
Masing-masing desainer muda ini membawa semangat kreativitas dan keunikan gaya mereka masing-masing. Melalui perpaduan gaya, motif, dan siluet yang beragam, mereka berhasil menghadirkan tampilan yang segar dan relevan dengan tren mode saat ini.
Di antara mereka yang menjadi highlight Luxina adalah Tesalonika Louise. Desainer yang dikenal dengan brand-nya Tè Shū ini, membuka peragaan dengan menghadirkan koleksi bertema folklore yang terinspirasi dari cerita rakyat Sulawesi Selatan, La Galigo, yang ia tampilkan pada motif print. Koleksi gender fluid ini memadukan print dan block color yang menciptakan harmoni warna-warni segar, dengan kesan yang netral, non-binary, dan modern. Tè Shū juga menekankan pada konsep berkelanjutan dengan mengurangi pemborosan bahan pada proses produksi.
Selanjutnya, Kezia Agatha Irawan dengan brand-nya Kezia Moda, mengangkat tema Pengucapan Syukur di Sulawesi Utara ke dalam nuansa kekinian dengan warna-warna vibrant yang didominasi dengan hijau, kuning, dan biru serta latar belakang krem dan putih. Desainer asal Jember yang besar di Manado ini menghadirkan motif siluet orang pada mini dress dan jubah dengan cutting shift sebagai outer. Pattern garis sederhana tampak menjadi ciri khas desainnya, yang muncul hampir di setiap dress casual berkonsep resort yang memancarkan kehangatan dan kesegaran. Pesona koleksinya berhasil mempersembahkan kekayaan budaya dalam bentuk yang segar dan relevan.
Selain itu, ada pula Vilerie Amanda, yang hadir membawakan brand-nya Vilerie The. Ia menyuguhkan koleksi yang terinspirasi dari motif Dayak dan burung Enggang yang dimodernisasi dan disesuaikan dengan selera masa kini. Motif-motif tersebut dijahit tangan pada material kain see through yang digunakan sebagai outer. Sementara itu, sebagai dalaman, Valerie menggunakan beragam cutting yang semuanya hadir dalam warna nude untuk mempertegas motif yang ditampilkan. Koleksi ini menunjukkan sisi feminine yang elegan dari wanita Indonesia.
Koleksi terakhir yang menjadi sorotan Luxina dalah dari Stevanie Tanzil. Desainer asal Palembang ini menampilkan batik kontemporer dari motif kerajinan tangan khas Palembang yang dikenal dengan lak atau laker, yang identik dengan motif flora berwarna emas. Motif laker ini ditampilkan dengan mewah pada dress hitam yang elegan, mengakhiri peragaan dengan sentuhan kemewahan dari masa lalu yang dipadukan dengan gaya modern.
Fashion InStyle 2024 telah membuktikan bahwa kekayaan budaya Nusantara dapat terus hidup dan berkembang melalui karya-karya inovatif para desainer muda Indonesia. Dengan tema Revival, mereka tidak hanya merevitalisasi mode masa lalu, tetapi juga membawa keindahan tradisi ke dunia modern dengan cara yang segar dan relevan.
Prospek di Kancah Global
Kesebelas desainer muda tersebut merupakan lulusan dari Universitas Ciputra jurusan Fashion Design and Business. Menurut Janet Rine Teowarang, S.Ds., M.Ds., Lecturer Fashion Design and Business di Universitas Ciputra, para desainer tersebut telah melewati kurasi ketat dari pihak Kampus. Mereka adalah alumni angkatan 2018 yang lulus pada 2022 lalu, di mana satu angkatan terdiri dari 58 mahasiswa, yang kemudian dikurasi secara internal, dan terpilihlah 11 brand untuk ikut serta pada gelaran Fashion InStyle 2024 lalu.
Sebenarnya, kesebelas desainer muda ini direncanakan tampil pada acara Center Stage yang juga berlangsung di Hong Kong. Namun, sayangnya mereka tidak mendapatkan slot untuk fashion show dikarenakan sudah penuh. Pihak kampus tidak ingin mereka hanya mengikuti exhibition saja, karena mereka bukan retailer. Jadi harus ikut serta dalam fashion show dan exhibition sekaligus. Oleh karena itu, mereka pun diikutkan dalam Fashion InStyle ini.
Dari Universitas Ciputra sendiri memang mengharuskan semua lulusan program studi untuk go global. Tujuannya agar mereka dapat belajar menjalin relationship dengan stake holders, partnership dengan Universitas lain di luar negeri, dan menjalin bisnis secara global.
Janet sendiri berharap bahwa kedepannya mereka semua bisa mendapatkan prospek yang baik, “Mereka semua ini alumni. Jadi lebih baik kami bawa yang sudah jadi desainer, agar ke depannya mereka bisa mendapat prospek. Kami juga ingin memastikan bahwa para alumni tersebut mempunyai kiprah setelah menyelesaikan program studi di kampus. Tidak banyak kampus yang melakukan hal tersebut. Karena itu kami ingin ada sustainability-nya, jadi tidak hanya berhenti begitu saja.”
Tak heran jika jiwa entrepreneuship mereka sudah terasah sejak dini. Janet menambahkan, “Sejak mereka kuliah dan mengajukan tugas akhir, mereka telah menciptakan brand mereka sendiri, membuat brand portfolio, berikut dengan kolateralnya. Tak hanya cuma koleksi saja yang akan mereka tampilkan secara kapsul.”