Ada restoran yang memanjakan selera, dan ada pula restoran yang menghidupkan kenangan. Torno Subito adalah keduanya. Terletak di COMO Dempsey, sebuah kawasan kuliner yang semakin menjadi pusat perhatian di Singapura, restoran ini adalah ciptaan dari maestro kuliner Italia, Massimo Bottura. Namun yang saya alami di sana bukan sekadar makan siang biasa — melainkan sebuah perjalanan kuliner yang penuh emosi, warna, dan kejutan rasa dari utara hingga selatan Riviera Italia.

Sambutan Hangat di Dapur Penuh Warna
Hari itu, sinar matahari Singapura mulai menembus dedaunan Dempsey Hill saat saya tiba di bangunan bergaya kolonial yang kini menjadi rumah bagi Torno Subito. Dari luar, tempat ini tidak terlalu mencolok — tetapi begitu kaki melangkah masuk, saya langsung disambut dengan visual yang begitu menyenangkan: warna-warna pop art, mozaik ceria, dan aroma yang menggoda dari dapur terbuka yang menjadi pusat kehidupan restoran ini.

Chef Alessio Pirozzi, sosok yang memimpin dapur Torno Subito Singapore, menyambut kami di depan dapur terbuka, tersenyum hangat dan mengundang kami untuk ikut menjelajah dapur — bukan sebagai pengamat pasif, tetapi sebagai tamu yang disambut ke dalam rumahnya. Chef Alessio, yang berasal dari Abruzzo, begitu bangga menceritakan kisah di balik setiap teknik yang digunakan timnya, mulai dari pembuatan pasta secara manual hingga seni memanggang pizza dengan tepung khas Italia. Momen melihat adonan dibentuk dan diberi sentuhan akhir oleh tangan-tangan terampil di sana terasa begitu intim — dan sejujurnya, makin mambuat saya tak sabar ingin menikmatinya.
Menyeruput Italia dalam Segelas Cocktail
Sebelum memulai hidangan, saya memutuskan untuk menikmati minuman pembuka. Pilihan saya jatuh pada “Milan Fashion Week”, sebuah cocktail yang diracik oleh bartender Torno Subito, Lee, yang ternyata adalah seorang storyteller lewat racikan minuman. Terinspirasi dari Festival Stroberi Nemi yang terkenal di Italia, minuman ini memadukan Woodford Reserve Bourbon yang diinfus stroberi dengan sentuhan vanilla dan rempah bunga. Rasanya kompleks namun tetap ringan — seperti menyisipkan musim panas Italia dalam satu tegukan. Saya tahu saat itu, saya berada di tempat yang tepat.
Mengarungi Pesisir Italia dalam Enam Babak Rasa
Tak lama setelah minuman saya habis, petualangan rasa dimulai. Kali ini saya datang untuk menikmati menu mereka: Riviera Tour, menu enam hidangan yang terinspirasi dari lanskap kuliner sepanjang pesisir Italia, dari Liguria di utara hingga Calabria di selatan. Setiap hidangan datang dengan cerita, dan setiap suapan membawa saya ke tempat yang berbeda.

Hidangan pembuka datang sebagai kejutan: Tonno alla Veneziana. Potongan tuna Bluefin yang telah dimarinasi disandingkan dengan chutney bawang dan saus Soave wine reduction. Kombinasi ini menciptakan rasa manis-gurih yang menari di lidah, diakhiri oleh semburat rasa asin dari kaviar hitam. Teksturnya lembut, hampir meleleh di mulut, seperti awan rasa yang bergerak perlahan-lahan dari laguna Venesia ke pelabuhan kecil di pantai timur.

Selanjutnya adalah pasta — bukan sembarang pasta, tapi Lungomare, chitarra pasta buatan tangan yang disajikan dengan kerang Italia segar, seaweed, dan bottarga. Ada sensasi laut yang terasa begitu dalam di sini: asin, bertekstur, dan sedikit pahit, seperti angin dingin yang menerpa wajah di tepi dermaga kecil di Amalfi.

Namun bintang utama hari itu jelas Porchetta, hidangan klasik dari Abruzzo yang dimasak dengan teknik yang sangat teliti. Chef Alessio, yang memang berasal dari wilayah ini, mempersembahkan porchetta sebagai bentuk cinta kepada kampung halamannya. Daging babi muda yang telah dilumuri rempah, digulung dan dipanggang selama berjam-jam, menghasilkan lapisan luar yang garing sempurna dan bagian dalam yang juicy. Saat disajikan dengan apple compote dan Swiss chard lokal, saya merasakan keseimbangan rasa manis, gurih, dan asam yang luar biasa. Saya bisa membayangkan festival porchetta di Italia tengah, di mana keluarga dan teman berkumpul untuk merayakan kebersamaan lewat sepiring kehangatan.


Kemudian datang Saltimbocca, versi seafood dari hidangan klasik yang biasanya menggunakan daging sapi. Di sini, Chef Alessio mengganti dengan fillet ikan turbot yang disear dengan sempurna, disiram saus Parma ham dan dihiasi sage crumble yang aromatik. Hasilnya adalah sebuah pertemuan antara darat dan laut, ringan tapi berdimensi, dan sangat Italia.

Tak lama, pizza dengan nama jenaka I Love Pizza tiba di meja saya. Bentuknya sederhana, topping-nya pun tidak heboh. Tapi gigitan pertama langsung menjelaskan mengapa pizza ini begitu dibanggakan. Tepung khas Italia yang digunakan untuk adonannya memberikan tekstur renyah namun kenyal di bagian dalam, dengan saus tomat dan minyak zaitun berkualitas tinggi yang tidak perlu banyak bumbu tambahan. Pizza ini seperti sebuah pernyataan: terkadang kesederhanaan adalah bentuk kemewahan tertinggi.

Sebagai penutup, saya disuguhkan Colazione Siciliana, hidangan penutup yang dirancang menyerupai sarapan khas Sisilia. Ada manis, ada citrus, ada tekstur krim dan crunch — perpaduan yang tidak hanya memuaskan, tapi juga membangkitkan imajinasi akan pagi yang tenang di Palermo.

Antara Imajinasi dan Tradisi
Apa yang membedakan Torno Subito dari restoran Italia lainnya bukan hanya kualitas makanannya, tetapi pengalaman yang dibangun di sekelilingnya. Interior restoran ini — hasil desain Paola Navone dari OTTO Studio — adalah perayaan warna, bentuk, dan nostalgia. Saya duduk di ruang makan utama, dikelilingi mozaik, poster retro, lampu gantung dari botol Campari, dan aroma oven yang menguar dari dapur terbuka. Semua ini menciptakan atmosfer yang tidak bisa diciptakan hanya dengan dekorasi — melainkan lewat cerita yang diceritakan dengan rasa.

Torno Subito, yang berarti “Saya akan segera kembali”, bukanlah sekadar nama. Ia adalah janji. Janji untuk membawa kembali pengalaman makan yang personal, menyentuh, dan penuh cinta pada setiap detail — dari plating hingga musik latar. Chef Massimo Bottura mungkin tidak hadir secara fisik hari itu, tapi semangatnya hidup dalam setiap detik yang saya habiskan di sana.

Sebuah Pengalaman yang Layak Diulang
Sebelum saya melangkah keluar dari Torno Subito, saya menoleh sejenak ke dalam. Dapur masih sibuk, bartender masih meracik minuman, dan beberapa tamu mulai berdatangan untuk sesi makan malam. Dalam hati saya tahu, saya tidak sedang meninggalkan sebuah restoran — saya meninggalkan momen. Dan seperti nama restoran ini, saya tahu saya akan kembali.