Corona outbreak masih terus merebak, menyebabkan perubahan perilaku kehidupan segala kaum, kaum old school, milenial, Gen Z, semua berpikir panjang untuk mengaktifkan kesibukan sosial, nge-live music, ‘ngafe’, midnight movie, tahan dulu, ada aturan main baru, anti social social distancing club. Padahal semua kegiatan tersebut menyerap kebutuhan berpenampilan, pakaian, parfum, lip gloss, dan segala tra la la, yang pada akhirnya memutar roda ekonomi. Tapi apa boleh buat, sepertinya Corona virus memaksa manusia untuk berpikir dengan formulasi yang baru. Tidak mudah lagi sembarang mengklik tombol Spending Mode menjadi on untuk saat ini (walau pun mungkin ada yang diam-diam tak tahan untuk tidak membeli Tabi platform boots secara online.)
MR Porter Masih Di Asia Pacific
Bagai awal-awalan lingkaran ‘ayam dan telur’, dari sisi penyedia perlengkapan lifestyle juga ikutan terimbas. Dua retailer seperguruan berbasis online, MR PORTER dan kakak tertua Net-a-Porter mengumumkan stop operasional untuk melindungi semua tenaga kerja mereka dari wabah COVID-19. Namun keduanya hanya memberhentikan layanan untuk semua pelanggan di United States, Eropa, dan Middle East. MR. PORTER dan Net-a-Porter masih bergulir dan melayani pengantaran untuk pelanggan di Asia Pacific website (kabarnya > until further notice). Website Bloomberg mengabarkan bahwa sejak tahun 2020 bergulir, memang pertumbuhan online sales bidang apparel telah meluncur ke titik 0 dari growth rate sekitar 3% di kwartal sebelumnya. Data dari ChannelAdvisor, sebuah e-commerce software, pertumbuhan semakin merosot sejak bulan Maret.
Foto: Dean