Christopher Kane membawa memori dari kampung halamannya di Glasgow, menjadi sebuah konsep rancangan yang modern chic laidback dalam pengaruh mood gaya tahun 50an dan sedikit sentuhan Victorian. Wah, kedengarannya semacam ruwet ya, tetapi kalau dilihat hasil adonannya sangatlah simpel, dengan tangan kreatifnya Kane membuat semua aspek itu menjadi relevan dengan kehidupan modern saat ini. Perhatikan sweater-sweater yang ia ciptakan, berefek Victorian pada bagian leher, lalu ada yang oversized dan ada yang berubah menjadi bandeau top, cerdas, di dalam menyikapi kenyataan bahwa orang-orang jaman ‘now’ semakin tak bisa lepas dari sweater. Bustle yang merupakan unsur gaya Victorian, ia sematkan pada rok-rok slim ala tahun 50 an, usaha yang keren dalam menundukkan dua unsur gala dalam satu penampilan sederhana. Pesona office wear, tampil lebih usil, misalnya kemeja formal dihiasi bordir serumpun kembang, dan bagian lengan tetap formal tetapi memanjang dan membesar bagaikan juntaian stola. Unsur kampung halamannya Kane mana? Ya itu, rumpun kembang yang dibordir pada sisi-sisi tertentu, seolah menclok tanpa sengaja. Kemudian gaun dengan rok midi slim berhiaskan bustle datang dari seragam barmaid yang Kane lihat ketika Kane masih kecil di Glasgow
Syahmedi Dean
Syahmedi Dean adalah seorang penulis yang telah menerbitkan sejumlah buku dan juga seorang jurnalis Mode dan Seni. Ia sudah meliput London Milan Paris Fashion Week sejak tahun 2000. Ia lulus dari Fakultas Seni Rupa Isntitut Seni Indonesia Yogyakarta, Program Studi Desain Komunikasi Visual. Kemudian memulai karir jurnalistik di majalah Femina tahun 1996, lalu berturut-turut menapak naik ke media-media terkemuka nasional seperti majalah Harper’s Bazaar Indonesia, majalah Dewi, majalah SOAP, Harian Media Indonesia, dan majalah Estetika. Dengan segenap perjalanan karirnya, kini ia menjadi Co-Founder dan Editorial Director LUXINA.