Sarah Burton sebagai direktur kreatif, tidak mungkin lupa dari mana Alexander McQueen lahir. DNA McQueen yang lahir dari hasil persalinan sang maestro di Savile Row, London, tempat dimana tailoring terbaik dunia ada disini. Maka untuk menyegarkan kembali ingatan, dan memberi tahu generasi Z, Alexander McQueen mengawali karirnya dari sebuah tailor, tapi tailor terbaik yang ada dunia, yang mana ini menjadi kekuatan pada labelnya hingga saat ini.
Koleksi pria McQueen yang dipresentasikan di showroom-nya di Milan, kemarin 12 Januari, di minggu Milan Men’s Fashion Week edisi fall/ winter 2020, hadir dalam irama tailoring yang begitu kuat. Memang, ini bukan pertama kalinya koleksi McQueen terdiri dari stelan-stelan jas, tapi tentu saja ini memperkuat trend tailoring pada pakaian pria untuk tahun ini dan tahun depan. Stelan jas (suit) buatan McQueen tidak pernah main-main. Memiliki konstruksi tajam (sharp) dan membuat pemakai “terasa” lebih gagah. Hanya saja, suit McQueen telah mengalami inovasi dari sisi pola. Pola yang digunakan bukanlah pola biasa dan selalu mengandung elemen tambahan seperti bordir serta material yang tidak biasa untuk suit.
Untuk koleksi fall/ winter 2020 kali ini, stelan jas dibuat dalam berbagai ragam. Stelan jas biasa dan stelan jas panjang yang mirip coat. Siluetnya ramping dengan celana cigaret yang mengikuti bentuk kaki. Kemudian ada juga jumpsuit, coat suede, kemeja poplin, sweater rajut dan stelan jaket kulit. Semua hadir dalam siluet yang sama, ramping dengan palet warna putih, coklat, oranye dan emas.
Stelan jas double breast putih, yang menggunakan teknik bordir tangan, karena motif bordir ditimpa diatas jahitan sambungan pola, dengan motif tanaman berduri, yang disebut hammered bullion embroidery, adalah salah satu hasil inovasi stelan jas. Jumpsuit dengan motif khas McQueen, tengkorak, kemudian stelan jas panjang warna oranye dari bahan duchess sutra yang mencolok. Stelan jas emas dengan efek hologram dan stelan jas perpaduan material tweed berbeda warna.
Koleksi ini mengambil inspirasi dari lukisan karya Henry Moore yang berjudul “Three-Quarter Figure” yang dibuat pada tahun 1928 diatas kertas dengan pulpen, cat air dan kapur. Lukisan ini memiliki tiga warna dominan, oranye, putih dan hitam. Yang ketiga warna tersebut hadir dalam koleksi ini dengan dominan juga.
Perhatian pada detil di koleksi ini sungguh luar biasa. Panjang lengan dan celana jatuh tempat diatas sepatu hingga sepatu dengan model Chelsea boots dengan ornamen metal pada bagian depan tersebut terekspos dengan baik. Begitu juga detil lapel dan sambungan pola yang menggunakan material beda warna. Tidak ada yang tak diperhatikan. Terlihat jelas, Savile Row benar-benar mendidik Alexander McQueen menjadi seorang tailor. Tailoring rebel inovator.
Foto dok. Alexander McQueen.