Pada satu senja yang syahdu dan gerimis di Jakarta, hotel Shangri-La Jakarta menyempatkan diri untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Mereka mengundang sejumlah jurnalis untuk menikmati apa saja yang akan disajikan Shangri-La Jakarta selama Ramadan nanti. Cuma, cara menyambut tamunya itu lho, sangat mengesankan. Ketika pertama tiba, tim garda depan, tim Communication, menyambut dengan berpakaian kaftan khas negeri Magribi dan sepatu pointed heels yang elegan. Rasa ‘perjuangan’ menembus traffic dan gerimis sepanjang hari lalu luluh, berubah riang karena sambutan senyum selamat datang yang menyenangkan, penuh keramahan. Hati pun hangat dengan welcome drink tradisional seperti teh jahe dan jajanan seperti kue cubit dan kue pukis.
Siap memasuki imajinasi Ramadan di Souk Marrakech
Setelah para undangan berkumpul, perlahan dibukalah pintu aula tempat acara akan berlangsung. Dan…, mata terpana, tamu seperti masuk ke dalam kisah ‘1001 Malam’, ruang aula ditata seperti souk, atau bazaar khas Maroko, lengkap dengan pasar dengan berkarung-karung bumbu dan rempah, namun isinya bukan bumbu-bumbu semata, tetapi aneka kurma yang sangat banyaaak, gula-gula, hingga baklava pastry. Di tengah-tengah sudah tersusun panjang meja-meja pendek lengkap dengan bantal-bantal untuk tetamu duduk lesehan beralaskan karpet-karpet dengan motifnya yang khas. Di sisi depan area lesehan terdapat pentas kecil dengan musisi yang memainkan gambus (gitar) dan Qanun (kecapi), melantunkan irama padang pasir bersuara samar, seperti merayap jauh ke tepi-tepi Sahara.
Aladin datang bersama aliran makanan tanpa henti
Setelah kata sambutan selamat datang singkat dari Timothy Wright, General Manager Shangri-La Jakarta, keriaan segera dimuali. Makanan-makanan bermunculan satu per satu, dibawakan dengan unik dan kocak. Dibuka oleh kehadiran Aladin dengan karpet terbang di atas meja berroda yang didorong oleh dua karakter, Sultan dan Firaun. Lalu Aladin mengusapkan lampu wasiatnya, dan muncullah jin gemuk (semuanya kru Shang-La ya) yang memperkenalkan makanan-makanan apa saja yang akan sama-sama dinikmati malam ini (dan nanti saat bulan Ramadan di Shangri-La). Satu per satu (seperti tak ada habisnya) sajian datang ke setiap meja, Moroccan Lamb Ouzie, Ikan Hammour dengan Saus Harra Pedas, dan Arabic Spiced Mixed Grill. Selain makanan lezat itu, tenda-tenda di sisi kiri juga sudah menunggu untuk disinggahi, di situ ada hidangan khas Indonesia seperti Sate Kerbau, Sate Maranggi, dan kreasi kuliner khas Sumatera dengan sentuhan modern seperti Mie Aceh Wagyu, Tekwan Lobster, dan Gulai Turkey. Seorang anak buah Aladin membawa peti emas, mendatangi tetamu, menunjukkan bahwa di dalam peti yang ia bawa terdapat barisan Sultan Nastar yang sangat enak.
Radiance of Ramadan dan pulang bersama lentera
Tak terasa malam bergeser mulai larut, tim Shangri-La masih berbagi-bagi door prize untuk stay cation dan makan-makan lagi, di Shangri-La Jakarta hingga ke Shangri-La di India. Lalu ketika Shangri-La mengajak semua tamu untuk foto bersama di gerai pedagang bumbu dan kurma, sebagian tamu butuh perjuangan untuk berdiri, saking kenyangnya, plus nahan perut ketika gelak ngakak mengingat Aladin dan Jin yang aktingnya out of the box, lawak tetapi pesan tersampaikan (ini sambil nulis laporan ini saya masih ngakak lho). Saatnya berpamitan untuk pulang, Shangri-La membagikan lentera ke semua orang, pertanda malam sudah larut, butuh penerangan di jalan. Tetapi lenteranya tidak berisi lampu, melainkan aneka kudapan cokelat. Alamat lah semalamam ngemil sebelum tidur. Terima kasih Shangri-La Jakarta, kemeriahan ‘1001 Malam’ yang kalian beri judul ‘Radiance of Ramadhan’, sungguh tak akan terlupakan.