Kota metropolitan Jakarta tampak luar, riuh dan bergerak cepat, namun kalau dilihat langsung di dalam keseharian, Jakarta adalah kota perjuangan, kaum urban dan suburban berhimpitan sejak pagi, berdesakan hebat di commuter line, terbengong dalam lalu lintas tak bergerak, rutinitas kantor yang berada di titik jenuh, Boss yang aneh, load kerja yang bikin panik, hingga lembur tanpa berkesudahan. Banyak orang terdera dengan drama-drama ini, drama yang dipetik oleh seniman Clasutta dan dialihkan menjadi semacam ajakan untuk membuatnya jadi positive vibes dalam bentuk satu koleksi lukisan berjudul “CLOCKWORK CHAOS” yang joyful. Koleksi lukisan dipaparkan dalam pameran bersama; AD MAIORA, berlangsung di D Gallerie Jakarta, dari 13 Juli hingga 1 Agustus 2024.
Dari Manggarai, langsung ke “Please Come to My Office”
“Aku suka anggap satu masalah harus dibawa enteng dengan bercanda, kalau ada masalah biasanya aku becandain dulu supaya kagak rumit-rumitlah mikirnya,” ujar Clasutta di Lokasi pameran. Pemikiran tersebut terekspresikan di lukisannya, seperti pada karya: ‘08.30: The Occasional “Please Come To My Office”’, menggambarkan segerombolan figur dengan mata-mata yang siwer mencari cara untuk kabur. Wajah-wajah figur tampak lucu menggemaskan, mereka terkait dalam network, diatur dengan komposisi balance. Mereka dalam suasana tegang untuk menghadap atasan. Padahal sebelumnya ada lukisan: ’07.00: Manggarai’, yang dipetik dari betapa sesak dan runyamnya jam kedatangan para komuter di stasiun Manggarai, Jakarta. Satu situasi yang belakangan ini sangat viral di Tiktok. Clasutta menggambarkan sesaknya Stasiun Manggarai dengan figur-figur unggas yang memang identik dengan bangun pagi, berwarna red coral dengan value dark dan light yang dramatis.
Arahan Kak Atre
Dalam 10 lukisan Clasutta, terdeteksi ada 5 figur cute yang berpotensi (terutama yang domba) di satu hari nanti akan menjelma jadi patung resin. “Kalau figur, aku bikin banyak karakter, mungkin akan aku pakai di cerita yang lain, atau bisa juga ganti, tergantung nanti aku mau bawain ceritanya kayak apa.” Clasutta juga bercerita tentang perjalanan kreatif koleksi ini yang dimulai dari pelatihan inkubasi bersama Atreyu Moniaga. “Kak Atre itu lebih banyak godok tentang cara berpikir. Awalnya gambarku enggak langsung seperti ini, aku lebih fan art. Selama project inkubasi, bukannya kak Atre nyuruh gambar seperti ini, enggak, tapi serunya bisa diskusi sama beliau dan cari tau jati diri sendiri, seperti mentoring, aku ditanya sukanya apa. Aku ini orangnya suka bercanda, suka nganggep masalah diselesaikan dengan ketawa. Nah, mulai dari situ digodok, ketemu, ternyata aku suka tentang cerita sehari-hari, caranya kek gini, aku mencurahkan pemikiran aku dan hal-hal yang enggak bisa aku ungkapkan, aku ungkapkanlah lewat lukisan.”
Pecahnya seekor Anglerfish
Pada karya: ’01.00: Breaking Bad’, Clasuta menggambarkan ikan Anglerfish yang seperti monster dengan lampu gantung di kepalanya, ikan ini dibuat pecah oleh Clasutta, saking lemburnya sampai jam 01.00, seram tapi kocak, artsy, dengan color block yang vibrant. Dalam penggunaan warna, Clasutta bermain complimentary color, lalu ia geser-geser agar bertemu kordinasi warna yang tidak klise. Kecerian Clasutta tak lepas dari karya-karya visual yang ia sukai, seperti Kaikai & Kiki karya Takashi Murakami, figur-figur fauna karya Antonio Segura dan Greg Simskins. “Aku suka gambar, suka nonton anime, setiap nonton film atau karakter, aku sukanya maskotnya, figure yang bukan berbentuknya.” Ujar Clasutta yang suka dengan musik Fleetwood Mac (terutama lagu ‘Dreams’) yang beraliran Blues rock, dan Foster the People, yang beraliran psychedelic pop.
Clasutta dalam mixed feelings
Koleksi lukisan CLOCKWORK CHAOS adalah pameran kedua bagi Clasutta (lahir 1995), koleksi ini ditampilkan bertiga dengan dua seniman Generasi Z lain yaitu Zita Nuella dan Tusita Mangalani, dalam pameran bersama berjudul ‘AD MAIORA, dipetik dari frasa Latin, ‘Ad Maiora Natus Sum’ yang berarti “kita dilahirkan untuk mencapai hal-hal yang lebih besar”. Pameran ini mengeksplorasi beragam sudut pandang masing-masing seniman dalam upaya mereka menerobos medan seni rupa serta cita-cita yang diampu bersama untuk menciptakan karya yang berdampak. Dirancang sebagai tiga ragam rangkaian seri lukisan, Ad Maiora mengantarkan kita masuk ke dalam benak setiap seniman. Lebih dari itu, kegiatan ini adalah penghujung perjalanan mereka bertiga yang dalam satu tahun terakhir menempuh program inkubasi seniman AMP – Atreyu Moniaga Project’s Mixed Feelings yang ketujuh. Proyek ini juga menandai satu dekade AMP sebagai sebuah inisiatif independen dengan misi untuk mendukung seniman muda memasuki dunia seni dan kreatif di Jakarta. Pada akhirnya, Ad Maiora adalah perayaan akan harapan dan kesadaran tentang tujuan besar sekaligus bentuk penghormatan pada sebuah awal yang sederhana. Untuk segala cita-cita besar yang kita impikan, mari kita wujudkan satu demi satu, dari sekarang.