Ide Kim Jones mengadakan fashion show Dior Men pre-fall 2020 di Miami sebagai kick-off event sebelum Art Basel Miami dibuka, sangat cerdik. Art Basel Miami, yang berlangsung 5 – 8 Desember ini, selain pasti dihadiri oleh pemuka fashion dunia, kini industri fashion juga memasuki ranah seni. LVMH lewat Louis Vuitton, Fendi dan Loewe, masing-masing membuat berbagai produk dalam mendukung perkembangan seni. Ada lagi Versace dan Gucci yang membangun booth dengan desain yang ekstra. Apa faktor yang membuat mega brand ini turut serta dalam ranah seni?
Louis Vuitton biasanya menampilkan lini Objets Nomads pada perhelatan Salon Mobile di Milan, walaupun ini bukan pertama kalinya partisipasi Vuitton pada Art Basel. Kali ini, furnitur ekslusive rancangan Andrew Kudles yang berjudul “Swell Wave Shelf”, sebuah rak buku bergelombang tampil perdana bersama Objets Nomads lainnya rancangan Marcel Andrews dan Studio Campana, dimana furniture ini dibuat sejalan dengan DNA Vuitton, travel. Loewe, menampilkan instalasi situs batu yang digabungkan dengan suara dan visual dalam bentuk digital. Sementara Gucci membuat film pendek gabungan animasi dan reality. Dan Versace membuat sejumlah objek furniture dengan desain glamor.
Awarenes yang ingin disampaikan adalah bahwa semua brand fashion luxury ini ingin mengambil bagian dari dunia seni. Kontemporer khususnya. Yang mana semua produk di produksi secara terbatas dan memiliki cara yang berbeda untuk dinikmati. Secara tidak langsung, penikmatnya juga sangat terbatas. Selain hanya sejumlah orang saja yang paham, harga yang ditawarkan juga jauh di atas produk fashion yang dijual di butik masing-masing. Bahkan ada yang hanya untuk dinikmati selama eksebisi saja, karena berbentuk instalasi. Apakah luxury brand belum cukup hanya dengam menjual produk fashion?
Nilai luxury telah bergeser dan akan semakin bergeser mencari level yang lebih tinggi lagi dan lagi. Dengan hadirnya luxury brand pada eksebisi Art Basel Miami atau sejenisnya, akan membuat gaya hidup penikmat brand juga tergelitik untuk memiliki. Disamping itu, pengalaman pemilik benda-benda seni terbatas tersebut tidak bisa didapatkan oleh setiap orang. Dan ini yang menjadikannya lebih tak bernilai. Luxury on the next level. Hanya dialami oleh sedikit orang dan bahkan mungkin hanya satu orang saja di dunia ini. Disini luxury sudah menjadi hal intangible, hanya bisa dirasakan dengan pengalaman. Bukan karena atau memiliki sebuah benda berharga mahal. Memang, harganya mahal, tapi karena dibuat terbatas, maka pengalaman merasakannya juga terbatas. Bukan sesuatu yang bisa dimiliki khalayak ramai.
Luxury brand tentu menyadari hal ini. Karena mereka ingin meningkatkan gaya hidup luxury yang sesungguhnya pada penikmat fashion. Mengajarkan gaya hidup cara Louis Vuitton, cara Gucci, cara Versace dan lainnya. Terutama untuk kalangan yang baru melek terhadap brand luxury. Bahwa luxury bukan hanya sekedar menenteng tas berkulit eksotik, menginjak sepatu empuk atau duduk di first class penerbangan komersial. Tapi juga mengajarkan piring makan yang digunakan, sofa yang diduduki, rak buku untuk koleksi ensiklopedia antik dan penerangan ruangan yang diisi dengan lukisan. Sehingga ini mampu mengasah intuisi seni bagi yang belum mengerti. Seni, lewat fashion memang akan lebih mudah diserap dan dimengerti sebelum memasuki tingkat seni selanjutnya yang lebih kompleks dan subjektif. Ini, mungkin, salah satu faktor yang membuat luxury fashion ramai-ramai berpartisipasi pada salah satu perhelatan seni terbesar ini.
Ini adalah luxury hari ini, tapi ini bisa berubah besok, minggu depan atau tahun depan. Dan bisa saja akan menjadi kelas premium. Luxury akan terus mencari jalan tertinggi yang tentu saja belum pernah ada.
Foto dok. LouisVuitton, Versace, Gucci, Loewe, Fendi.