Boots, umumnya berkesan tangguh, kaku, dan siap menginjak apa saja tanpa ragu. Namun ada sepasang boots yang jauh dari kesan stereotipe tersebut, boots ini tampak berkarakter tumbuhan, lengkung garis tepinya, ketajaman ujungnya, bentuk tumitnya, komposisi warnanya, sungguh unik. Boots ini berasal dari Tokyo, didesain oleh seorang ibu rumah tangga bernama Kyoko Sasage, nama yang juga dipakai sebagai jenama footwear yang ia ciptakan. Ibu Kyoko tak bisa lepas dari kehidupan alam, hal ia gunakan sebagai penggerak gairahnya dalam mendesain sepatu. Ia menginterpretasikan tumbuhan dan bunga dengan sikap artistik yang tidak mengurangi sedikit pun fungsi alas kaki yang ia ciptakan. Sepasang boots hitam yang diadaptasi dari model Chelsea shoes tampak mengesankan dengan goresan cat putih yang berbentuk dahan, goresan sangat halus namun tegas meyakinkan, bercak tetesan yang sangat halus, bagaikan pecahan tetes embun. Jenama Kyoko Sasage, adalah salah satu dari sebelas jenama footwear dari Jepang yang mengikuti pameran footwear internasional MICAM MILANO yang diadakan oleh Ministry of Foreign Affairs and International Cooperation Italia, berkerjasama dengan ASSOCALZATURIFICI ( Italian Footwear Manufactures’ Association), dan Italian Trade Agency (ITA).
Dibuang Sayang Peduli Sustainability
Kyoko Sasage dan sepuluh jemana lain memiliki misi untuk memperkenalkan kepada dunia betapa wonderful nya Japanese leather footwear. Jenama H. Katsukawa, tidak hanya memikirkan desain, jenama ini juga mengibarkan semangat sustainability dengan menggunakan kulit nibe, yaitu lapisan leather paling bawah yang biasa dibuang karena terlalu lembut dan rapuh. H. Katsukawa dengan teknik rahasia dapur memanfaatkan nibe sebagai bahan utama sepatu, kekokohannya ditingkatnya, namun permukaannya yang lembut tetap terjaga, membuat siapa saja yang melihat ingin mengelus dan merasakan permukaan nibe. Pada tahun 2016, Northampton Museum and Art Gallery, mengkampanyekan konsep sepatu ‘Return to the Soul’, dan mengajak H. Katsukawa sebagai satu-satunya footwear dari Asia yang dikoleksi untuk kompanye tersebut. Jenama Hiroshi Kida, punya sesuatu yang berbeda lagi, jenama ini membantu sepatu kembali nyaman seperti baru dengan pelayanan ‘additional sole’, yaitu menggantikan sol-sol sepatu yang sudah aus dan miring dengan sol baru dengan desain dan ketinggian sesuai keinginan. Maka sneaker seperti adidas dan Nike, bisa tampak baru dan berbeda, bagai one-of-a-kind.
Hal-Hal Yang Bergerak Bersama Kaki
Jenama-jenama lain, seperti seperti Fugashin, Joe Works, Miyagi Kogyo, dan Regal, mengkhususkan diri pada desain klasik dan luxury dan mengimbanginya dengan kualitas yang prima, Fugashin menciptakan sepatu dengan lembar leather tanpa sambungan, melengkuk memeluk kaki dalam bentuk derby shoes. Jenama Rendo, menggabungkan desain klasik dengan unsur adventure, siluet dan ukuran kaki dibuat benar-benar mengikuti anatomi, “kenyamanan sepatu sangat penting”, ujar Teppei Yoshimi, desainer sepatu di balik jenama Rendo, jenama yang melesat di arena sepatu high-end di Jepang sejak tahun 2013. Teppei mengenyam pendidikan shoemaking di Cordwainers College, London. Jenama-jenama sepatu yang berpameran di MICAM MILANO ini, termasuk juga jenama Lafeet, Marie Ohira, dan Kiten, mengusung konsep yang mereka beri nama dengan Ha Ki Mo No, yang artinya ‘hal-hal yang bergerak bersama kaki’, didukung oleh Ministry of Economy, Trade and Industry, Jepang.
Foto: Dean