Selepas subuh menyingsing, para pemanen mawar, dengan celemek linen lebar yang diikatkan di pinggang dan topi dari kain, memulai pekerjaan mereka dengan cermat. Dengan tangan yang kuat, setiap wanita mengambil kuntum demi kuntum bunga mawar di antara ibu jari dan jari telunjuknya untuk memanen kelopaknya, mengulangi teknik leluhur ini pada setiap kuntum. 12 kuntum mawar Mei diperlukan untuk membuat satu botol parfum berukuran 30 ml. Marion Cotillard, wajah parfum Chanel N°5, mengunjungi ladang-ladang mawar Mei yang terletak di Grasse, di sebelah utara kota Cannes, Perancis. Ladang-ladang ini sudah ditandai sebagai intangible cultural heritage of humanity oleh UNESCO. Marion bertemu dengan para pemanen dan Olivier Polge, sosok yang dijuluki sebagai si ‘indera penciuman’ bagi House of Chanel. Olivier Polge adalah Perfumer-Creator ke empat di House of Chanel setelah yang pertama Ernest Beaux (pencipta N°5), yang kedua Henri Robert (pencipta N°19 dan Cristalle), dan yang ketiga Jacques Polge. Pada pertemuan ini, Marion dan Olivier berbincang-bincang mendalam sebagai berikut.
Marion Cotillard: Yang membuat aku terpana ketika tiba di ladang bunga ini, tentu saja, wanginya. Langsung terasa, sangat kuat. Kemudian, ketika kita mendekat, kita temukan warna mawar Mei yang menyenangkan, kelopaknya yang berwarna powder-pink.
Olivier Polge: Warna yang indah ya. Seperti yang kamu lihat, panen bunga mawar Mei sedang berlangsung, ladang-ladang pink segera berubah menjadi hijau setelah panen, satu pemandangan yang magis. Mawar Mei ini disebut juga dengan Centifolia.
Marion Cotillard: Karena bunga ini memiliki ratusan kelopak? (Centifolia, dalam bahasa Perancis, cent feuilles atau ratusan daun).
Olivier Polge: Benar, nama yang diambil dari banyaknya kelopak mawar ini. Jenis mawar yang langka. Kelopak-kelopak bunganya menutupi jantung pusarnya.
Marion Cotillard: Dimana lokasi kita ini?
Olivier Polge: Kita berada di pertanian Chanel and Mul family, luasnya 30 hektar. Hamparan ladang ini menghasilkan lima kali panenan yang disimpan hanya untuk parfum House of Chanel.
Marion Cotillard: Apa maksudnya lima kali panen?
Olivier Polge: Lima kali panen untuk lima jenis bunga. Iris, melati, mawar, sedap malam, dan bunga kerenyam. Panen mawar selalu di bulan Mei selama tiga minggu. Pemanen memetik setiap mawar dengan tangan, satu per satu, untuk memenuhi suplai produksi fragrance selama setahun.
Marion Cotillard: Panen dimulai pagi-pagi sekali ya. Pagi-pagi begini aroma bunga sangat semerbak.
Olivier Polge: Marion benar. Setiap pagi, rumpun mawar bertambah dengan tunas-tunas baru yang harus diangkat.
Marion Cotillard: Paham. Kalian harus menghindari perusakan kuntum mawar ya, sehingga intensitas aromanya tidak hilang.
Olivier Polge: Tepat! Salah satu sifat mawar Mei adalah kelopaknya yang gampang sekali lepas. Maka setiap hari harus bisa dapat bunga yang berkelopak komplet, lalu diantar ke tempat pemrosesan.
Marion Cotillard: Apa kamu bisa mengenali wangi bunga-bunga ini dari tahun panen yang berbeda-beda?
Olivier Polge: Tentu. Ini bagian dari pekerjaan saya. Saya selalu mencoba membuat aroma-aroma baru. Sebagai Perfumer-Creator, saya juga bertanggung jawab untuk semua fragrance di House of Chanel. Saya dan tim, memperhatikan kualitas, hingga memastikan masa panen. Saya juga bertanggung jawab atas kesinambungan sejak dari bahan mentah. Di sepanjang tahun saya menerima berbotol-botol bahan mentah untuk dipilih. Ini sebentar lagi saya akan menerima orange blossom, lalu beberapa bulan ke depan, di musim gugur, saya akan terima melati.
Marion Cotillard: Bagaimana kalau ternyata mereka tidak cocok?
Olivier Polge: Saya akan minta cek kelompok panenan yang lain. Saya bisa memastikan bahwa aroma fragrance kami sangat konsisten. Inilah keindahan Chanel. Kami melakukan segalanya dari A ke Z, sehingga kami bisa mengontrol secara komplit apa yang kami produksi. Tak akan ada yang tertinggal. Lihat kesana, kamu lihat bangunan itu? Itu fasilitas distilasi. Memiliki fasilitas di lokasi yang bersandingan dengan ladang bunga, sangat membantu untuk memastikan bahwa bunga-bunga yang dipetik untuk didistlasi sangat segar. Berkarung-karung bunga hanya berjalan beberapa meter ke tempat distilasi.
Marion Cotillard: Kenapa bunga-bunga disini punya semacam aroma yang berbeda dari tempat lain?
Olivier Polge: Ada beberapa alasan. Area ini memang unik, terletak di Siagne Valley yang terlindungi oleh perbukitan dari pegunungan Alpen dan pegunungan Massif de l’Esterel. Setiap musim panas, angin laut membawa udara hangat ke tanaman. Pertemuan antara iklim dan ketinggian tanah menghasil aroma unik ke mawar Mei.
Marion Cotillard: Apakah bunga yang sama, yang ditumbuh di tempat lain, akan beda aroma?
Olivier Polge: Ya! Di sini, mawar-mawar kami punya aroma madu dan bebuahan yang begitu menggairahkan.
Marion Cotillard: Kamu benar. Aku seperti mencium aroma buah tetapi aku tidak bisa bilang buah apa.
Olivier Polge: Buah pir.
Marion Cotillard: Ya, benar, pir.
Olivier Polge: Kamu juga akan seperti mencium aroma spicy, aroma lada yang ringan, kadang aroma spicy anyelir yang lembut.
Marion Cottilard: Bakatmu ini menarik sekali, kamu bisa menamai setiap scent. Hebat. Kamu sebutkan pir, rempah… Kamu meletakkan hal-hal yang tak tampak menjadi kata-kata. Yang tak tampak tersebut jadi jelas begitu kamu ucapkan. Aku pastilah perlu berjalan jauh untuk menyebutkan hal-hal itu.
Olivier Polge: Ya memang benar, dalam keseharian kita memang tidak membuat scent menjadi kata-kata. Kita tidak terlatih untuk melakukan itu, kecuali ya memang itu job kita. Itulah kenapa saya percaya penciuman adalah indera kita yang paling instinctual. Indera yang layaknya hampir seperti cara kerja satwa.
Marion Cotillard: Aku selalu senang ketika, seperti hari ini, aku bisa memperkaya diriku dengan ilmu tentang hal-hal baru, dan melihat dunia dengan cara yang berbeda. Misalnya, aku pikir proses distilasi akan sama untuk segala bunga. Di sini, aku temukan bahwa karena setiap bunga punya karakteristik yang berbeda, maka distilasinya pun juga akan berbeda.
Olivier Polge: Di sini, kami tak pernah berhenti memikirkan urusan bunga. Menyenangkan, riset tanpa akhir. Ketika masih anak-anak dulu, saya ingat ayah membuat tes dengan Mul family, ia berusaha menemukan metode tanam yang ideal, lalu metode distilasi. Kami masih melakukan itu sampai hari ini, masih dengan Mul family. Didasari pada keinginan bahwa kami harus menjaga setiap langkah produksi parfum tetap ethical.
Marion Cotillard: Ini sangat penting, ide untuk ethical production. Waktu House of Chanel menghubungiku untuk berkolaborasi dengan Chanel N°5, aku sampaikan keinginanku untuk mempertimbangkan hal-hal dimensi lingkungan hidup. Luxury industry, yang punya kekuatan untuk membiayai inovasi, berhutang pada diri sendiri untuk memikirkan bagaimana menciptakan dunia yang lebih bertanggung jawab.
Olivier Polge: Yang menarik di Chanel, kami berpartisipasi pada seluruh langkah-langkah pembuatan fragrance. Sehingga kami bisa memikirkan tentang bagaimana kami bisa melakukan segala sesuatu hari demi hari lebih baik. Saya melanjutkan peran ayah saya sebagai ‘indera penciuman’ Chanel. Maka saya bisa lihat kelanjutan aspek lingkungan yang sudah menjadi bagian mayor dalam kerja saya, dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Marion Cotillard: Ya, ilmu leluhur yang diturunkan akan semakin menyadari lingkungan hidup.
Olivier Polge: Inilah hal esensial untuk melanjutkan Chanel N°5. Tadi kita berbicara dengan para petani bunga dan berpikir tentang warisan dan keunggulan budaya mereka. Kami tak pernah berhenti memantapkan hubungan kami hingga ke urusan teknik panen dan keahlian pengolahan, apakah di sini di Grasse atau di belahan lain dunia ini.
Marion Cotillard: Bagaimana kamu merencanakan riset dengan pemikiran tersebut?
Olivier Polge: Setiap musim, kami mencoba berinovasi. Mari saya kenalkan kamu ke Fabrice Bianchi, direktur di Mul farm. Di Mul family sudah melakukan budidaya tanaman di sini selama lima generasi. Fabrice, coba ceritakan tentang proyek ‘musical research’ mu.
Fabrice Bianchi: Kami melakukan penelitian, untuk tiga tahun, mempelajari pengaruh suara musikal yang mampu melindungi bebungaan mawar.
Marion Cotillard: Aku pernah dengar bahwa musik bisa menjadi terapi.
Fabrice Bianchi: Mawar-mawar kami rentan terhadap jamur. Sehingga kami berusaha menumakan cara yang etis untuk melindungi mereka.
Olivier Polge: Dan banyak periset yang bilang ke kami untuk mencoba teknik musikal ini.
Fabrice Bianchi: Kami mainkan nada-nada dari instrumental pada frekuensi dan waktu-waktu tertentu dalam sehari ke ladang-ladang ini. Kalau para peneliti benar, melodi mampu memberi efek pada protein jamur, menahan jamur melipatgandakan diri.
Olivier Polge: Kami melakukan tes di ladang-ladang ini.
Fabrice Bianchi: Dalam tiga tahun, kami akan membandingkan mereka dengan area yang tidak ditebari musik. Kami akan menilai apakah frekuensi ini memberikan efek.
Marion Cotillard: Seru sekali.
Olivier Polge: Benar! Pada tahun 1987, Chanel menandatangani kerjasama dengan keluarga petani di sini. Ini ide ayah saya untuk berkolaborasi dengan Chanel, saat itu ide tanggung jawab urusan tanah dan agrikultur belumlah trendy. Sekarang kami tahu kalau ide tersebut visioner. Partnership ini membuat kami mampu mengamankan kuantitas bunga high-quality yang diperlukan oleh pembuat fragrance. Dan ini juga telah membantu kesinambungan produksi tanaman wewangian di kawasan Grasse.
Marion Cotillard: Bagiku, ini sangat penting, melihat langsung bagaimana fragrance yang saya wakili diproduksi. Saya senang mendengar pengalaman-pengalaman orang yang bekerja di sini, mengetahui tentang karir mereka.
Olivier Polge: Saya ingat waktu kamu datang ke laboratorium kami di Neuilly-sur-Seine, kamu bertanya banyak hal. Orang-orang yang bekerja dengan saya sangat tersentuh dengan kunjunganmu itu. Dan hari ini, saya lihat kembali kamu berbicara langsung dengan para pemanen.
Marion Cotillard: Ya, saya ingin melihat bagaimana mereka memanen mawar Mei. Mereka melakukan dengan teknik yang unik.
Olivier Polge: Ya, karena memang mawarnya tidak bisa dipetik copot begitu saja, mawar harus dipotong tepat di bawah tampuk, dengan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Sudah coba kan?
Marion Cottilard: Lebih dari sekali, sih. Saya ingin mencoba puntiran pergelangan tangan yang tepat. Gerakan tangan ini, benar-benar menggunakan perasaan dari dalam, seperti teknik para leluhur.
Olivier Polge: Itukah yang kamu rasakan?
Marion Cotillard: Ya, seolah-olah harmoni dunia seperti mengental dan berubah menjadi gerakan yang lembut, selembut perbincangan antara pemanen dan mawar-mawar yang mereka petik.
Olivier Polge: Saya senang kamu suka di sini.
Marion Cotillard: Ini sesuatu yang akan aku bawa di dalam hati, perasaan senang yang dalam. Pemanen bilang mereka bangga berbagi passion dengan saya. Mereka bilang sudah berkerja di sini sejak lama. Saya merasakan semacam elemen manusiawi yang powerful yang bergerak.
Olivier Polge: Ya, pemanen sudah bekerja di sini bertahun-tahun, dan kadang, pekerjaan mereka wariskan turun ke anak-anak mereka.
Marion Cotillard: Seperti kamu, ya.
Olivier Polge: Absolutely!
Marion Cotillard: Apa kamu menyadari bahwa kamu akan bekerja seperti ayahmu?
Olivier Polge: Engak. Enggak sama sekali, Agak berlawanan sebenarnya, saya dulunya ingin masuk ke dunia seni, musik… untuk menjadi apa saja selain menjadi ‘indera penciuman’. Dan kemudian, secara alamiah terjadilah seperti ini.
Marion Cotillard: Orang-orang di sini sangat senang berbicara tentang pekerjaan mereka, mereka bangga bisa menghasilkan bunga-bunga yang akan menjadi parfum, semacam berusaha memberikan yang terbaik dari dalam diri sembari tetap dekat dengan alam dan siklusnya.
Olivier Polge: Apa yang kamu rasakan saat menelusuri ladang bunga ini?
Marion Cotillard: Rasa senang yang membuncah dan energi yang sangat menyenangkan. Kemana pun mata memandang hanya ada keindahan.
Olivier Polge: Saya setuju, ada energi yang cemerlang di sini, sesuatu yang terasa memang ‘tepat’. Kalau boleh, saya ingin tanya sesuatu.
Marion Cotillard: Tentu boleh. Kalau saya bisa menjawabnya.
Olivier Polge: Kamu ingat ketika pertama kali mencium aroma N°5, apa yang kamu rasakan?
Marion Cotillard: Tentu saja. N°5 memercikkan satu emosi yang aku tetap ingat sampai sekarang. Waktu itu umurku kira-kira 11 atau 12 tahun… Aku hendak berangkat ke Inggris untuk bertemu dengan sahabat pena. Ibuku memasukkan botol Chanel N°5 ke dalam koper untuk diberikan kepada keluarga tempat aku akan menginap di Inggris. Kami tidak punya banyak uang, dan ibuku memilih botol kecil ini sebagai hadiah.
Olivier Polge: Oh ya, saya tahu botol yang mana itu.
Marion Cotillard: Ibu membiarkanku mencium aromanya sembari menjelaskan bahwa ini adalah esensi dari French style. Lalu, saya melihat botol tersebut bagai semacam monumen. Saya harus bilang bahwa saya langsung mencintainya. Ya, saya langsung mencintainya.
Olivier Polge: Kamu pakai enggak?
Marion Polge: Awalnya, N°5 seperti diluar jangkauanku. Butuh waktu untuk aku mulai memakainya. Malah seolah-olah aku tak mengijinkan diriku memakainya. Aku memakai parfum Coco cukup lama, hadiah dari nenek. Bagaimana dengan kamu? Bagaimana kamu mendeskripsikan No5?
Olivier Polge: N°5 punya semacam misteri yang asing, di dalam kelimpahannya, kemewahannya. Seperti suara yang sangat powerful. Bagiku, semakin waktu berlalu, semakin keaslian N°5 mencuat. Bintang pertama N°5 adalah Gabrielle Chanel sendiri. Ini ide awal bagi House of Chanel untuk selanjutnya memilih aktris, wanita-wanita yang memiliki kepribadian, sebagai wajah N°5. Ini parfum yang mewakili sebuah pemikiran. Dan kamu, Marion, benar-benar mewujudkan karakter N°5. Seorang wanita modern yang bergerak bersama waktu. Menawan dan penuh semangat.
Marion Cotillard: Aku pikir, kami sebagai aktris, selalu membawa secercah karakter yang kami mainkan ke dalam diri kami. Ini seperti memori yang terekam dari semua peran, secara berturut-turut dibentuk oleh penghancuran dan pembangunan peran baru. Dan N°5, yang memiliki begitu banyak sisi, cocok dengan sosok seorang wanita yang secara bersamaan juga sosok kebanyakan wanita pada umumnya. Kenyataanya, ini mungkin salah satu alasan mengapa N°5 selalu dibintangi oleh para aktris.
Olivier Polge: Apa yang paling menyentuhmu dari cerita-cerita N°5?
Marion Cotillard: Aku cinta cara pendekatan Gabrielle Chanel pada N°5. Dia memutuskan untuk membuat parfum untuk dirinya sendiri. Sederhana saja, karena waktu itu para perfumer tidak membuat parfum yang sesuai dengan yang Chanrl ingin pakai. Maka, ia ciptakan sendiri saja. Ketika membuat N°5, ia biarkan intuisi berjalan, sama seperti gairahnya. Dalam prosesnya, dia malah membuat parfum yang tak sama dengan parfum lain. Ini langkah yang berani. Aku pikir bahwa pendekatan kreatif ini mengandung derajat keaslian dan kejujuran yang mampu menggerakan orang lain. Dengan memberikan dirinya kebebasan untuk menjadi diri sendiri, Gabrielle Chanel mampu meninggalkan kesan bagi orang lain.