Tailor atau yang dikenal sebagai tukang jahit dan lebih spesifik lagi adalah penjahit jas, saat ini sedang memiliki momen-nya. Dan bahkan akan lebih booming dalam satu hingga dua dekade ke depan. Dekade baru era tailoring akan dimulai. Masa depan tailor Indonesia, khususnya di kota urban seperti Jakarta akan kembali di era keemasan-nya.
Walau street-fashion masih mendominasi pasar, kini pria Indonesia tampaknya sudah lebih matang dalam menentukan sikap untuk ke arah mana dalam berpakaian. Street fashion tentu saja ditujukan bagi kaum muda dan yang berjiwa muda, tapi sejalan dengan bertambahnya umur dan pengalaman, gaya ini bisa saja tidak relevan pada umur tertentu. Ditambah, trend dunia dari brand leader banyak mengeluarkan gaya tailor–hybrid. Perkawinan silang antara gaya bespoke, tailored dan sporty.
Luxina yang pada bulan September lalu mengurasi salah satu fashion show untuk Plaza Indonesia Men’s Fashion Week 2019 (PIMFW), memilih A. Tham Tailor sebagai salah satu tenan Plaza Indonesia untuk mengisi slot fashion show. Presentasi fashion A. Tham Tailor di PIMFW 2019 begitu memukau undangan. Don Tjong, sebagai Director, pemilik dan penerus generasi kedua A. Atham Tailor menyuguhkan deretan koleksi tailoring yang hilang selama ini dan belum pernah ada lagi dibuat. Koleksinya yang berjudul Out Of Africa merupakan koleksi Safari bergaya tailoring yang sangat relevan dengan kekinian. Don Tjong berkolaborasi dengan pembuat topi Hit Hat Premium asal Bali dan sepatu lokal Mario Minardi. Ini menjelaskan bahwa tailor Indonesia, sudah bukan menjadi dominasi kaum senior, tapi sudah memasuki generasi junior dengan tingkat selera yang tinggi. Dari sini sudah terlihat, “kaum Tailor” memang pantas diberi panggung seperti label/ desainer lokal lainnya.
Di lain kesempatan, Brillington & Brothers, sebuah brand tailor dengan kios kecil di butik pria, Archie, di daerah Gunawarman, Jakarta Selatan, yang dimiliki oleh Ronald, memiliki pelanggan yang kebanyakan dibawah umur 40 tahun. Mereka memesan stelan jas atau jaket pada Brilington untuk dipakai saat wedding dan sehari-hari. Kalau melihat dari pilihan bahan yang disediakan oleh Brillington, sangat beragam. Mulai dari motif hingga material, wool hingga linen sampai motif houndstooth, pisntripe juga tersedia. Bahkan ia juga menerima pesanan kemeja batik. Brillington memiliki potongan khas yang loose seperti jaket bergaya Jepang. Archie sendiri juga menjual berbagai stelan jas dan jaket keluaran Jepang dan Italy yang dikurasi oleh Michael, pemilik Archie. Secara berkala, Archie mengundang Master Tailor dari Napoli dan Florence, Italy untuk melakukan trunk show di butik khusus pria ini. Ini juga menunjukan bahwa industri ini, tailoring, sangat berkembang dan banyak yang membutuhkan.
Kemudian adalah Pangestoe Bespoke atau dengan nama lain yaitu New Mico Tailor. Tailor yang berdiri dari tahun 1971 ini berlokasi di jalan Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, kini dikelola oleh generasi ke tiga, Marco dan Marvin. Walaupun ayah mereka masih tetap turun tangan dalam melayani klien, kedua abang-adik ini berprinsip bahwa saat ini bisnis tailor harus jalan mengikuti perkembangan. Apalagi bila berada di tengah arus persaingan yang ketat di kota metropolitan seperti Jakarta ini. Saya menemui keduanya di outlet mereka di daerah Jakarta Pusat yang saat ini tengah direnovasi total. “Kami ingin membangun konsep baru yang saat ini sedang in progress” kata Marco. Marco adalah generasi ketiga yang baru serius menekuni bisnis keluarganya selama tiga tahun. Keseriusannya jelas terlihat dari bagaimana ia mempresentasikan sebuah jaket yang baru jadi 50% dengan berbagai detil elemennya di dalamnya. “Kebanyakan klien kita (yang ditangani oleh Marco dan Marvin) mulai berumur 20 tahun sampai 30-an, dan kebanyakan membuat stelan jas untuk acara wedding dan menghadiri wedding. Bukan untuk dipakai sehari-hari”, tambah Marco. Tapi walaupun begitu variasi stelan jas yang dibuat sangat beragam, mulai dari warna polos solid hingga motif pinstripe. Klien yang datang juga terkadang memiliki referensi sendiri, tapi Mico Tailor juga selalu memberikan referensi yang menjadi signature style mereka. “Yang menjadi tantangan adalah saat fitting“, kata Marvin sang adik. “Fitting atau pengepasan adalah kesempatan penting dalam mengukur ulang ukuran jas, kita hanya takut kalau-kalau ukuran badan klien berubah. Apalagi kalau klien tidak bisa datang saat hari fitting. Perubahan bentuk badan akan sangat berpengaruh dengan hasil akhir soalnya”, tambahnya. “Minimal harus datang untuk fitting sebanyak dua kali untuk hasil yang maksimal, atau saya rela mendatangi klien demi memenuhi jadwal fitting“, kata Marvin lagi.
Untuk dicatat, proses fitting pada pembuatan stelan jas sangat penting. Jangan meremehkan hal satu ini. Karena pada saat hasil akhir, stelan jas yang sudah jadi tidak akan bisa dirubah lagi. Kalaupun bisa akan merusak bentuk aslinya dan membuat konstruksinya rusak saat dipakai. Jangan salahkan tailor Anda bila stelan yang dipesan tidak sesuai ekspektasi hanya karena Anda menghindari jadwal fitting.
Di A. Atham tailor, setidaknya klien harus melakukan fitting minimal satu kali, kata Don Tjong, yang kini secara penuh mengelola A. Tham Tailor. Don Tjong merestrukturisasi A. Tham Tailor dengan menutup beberapa cabang di beberapa kota yang tersebar di Indonesia dan Singapura. “Semakin banyak cabang, semakin sulit saya mengontrol kualitas yang kami buat, apalagi untuk saya bila ada klien yang mau fitting“, kata Don Tjong pada saya pada sebuah kesempatan. Hal ini ada benarnya juga, mengingat apa yang dibuat adalah produksi bespoke yang mengandalkan tangan manusia. Don mengaku sangat mengutamakan kualitas sehingga kontrol pada kualitas berada diposisi teratas dalam prioritas pelayanan. Don yang juga menjabat sebagai Ketua Master Tailor Indonesia untuk Generation Junior, banyak melakukan berbagai inovasi yang sebenarnya ditentang oleh generasi Master Tailor Senior. Tapi menurut Don, jaman sudah berubah, dan industri tailor juga harus berubah agar terus relevan.
Begitu juga dengan Marco dan Marvin, walaupun tidak terjadi konflik dengan ayahnya, tapi generasi sebelumnya merasa sangat nyaman dengan jenis klien yang itu lagi-itu lagi. Sementara generasi saat ini, ingin melakukan berbagai inovasi dari berbagai sisi termasuk strategi marketing. “Saat ini kami sedang mencari startegi marketing yang paling sesuai dengan model bisnis kami, yang mana itu juga bagian dari konsep baru yang akan kami jalankan”, sambung Marco. New Mico Tailor juga merupakan anggota dari Persatuan Master Tailor Indonesia, dimana Marco dan Marvin juga terlibat terutama di Generasi Junior. “Kalau papa lebih membebaskan, silahkan coba kalau berhasil ya dijalankan, kalau tidak ya jangan”, jawab Marco saat ditanya mengenai perbedaan prinsip untuk menjalankan bisnis ini dengan sang ayah. New Mico Tailor memiliki outlet dimana juga berlokasi workshop mereka, jadi semua pengerjaan bisa dikontrol dan dikerjaan langsung oleh mereka.
Ketiga tailor di atas adalah anggota dari organisasi Persatuan Master Tailor Indonesia. Dimana seluruh anggotanya tersebar di berbagai kota di Indonesia. Kini anggota Persatuan Master Tailor berbaur dengan generasi senior dan junior. Yang mana generasi junior ingin lebih agresif dalam hal marketing dan inovasi lainnya. Organisasi ini kerap melakukan pertemuan tahunan, annual meeting secara global dengan Master Tailor lainnya dari negara lain dan mendatangkan Master Tailor dari negara lain untuk mengajarkan teknik dan pola membuat jas. Mengingat generasi akan terus berganti, tentu saja pelajaran teknik tailoring harus tetap di up-date agar tidak akan hilang. Untuk bergabung dengan organisasi ini bukanlah hal yang mudah. Banyak persayaratan yang harus dipenuhi dan tidak bisa di kompromi. Karena Master Tailor Indonesia merasa untuk kualitas tidak akan ada kata kompromi. Ini yang membedakan organisasi ini dengan organisasi desainer lain yang ada di Indonesia. Valid!
Foto utama A. Tham Tailor courtessy of The Folio