Selama ini, sejauh mata kita memandang jenama Sejauh Mata Memandang (SMM), sepertinya SMM belum pernah membesut bahan denim. Rasanya denim terlalu ‘hardcore’ dan ‘industrial’ untuk masuk ke dalam ruang kreatif SMM yang selalu mengutamakan bahan-bahan yang sejuk, slow fashion, dan ramah lingkungan. Tetapi ternyata, di atas runway Jakarta Fashion Week 2024, SMM membuat gebrakan dengan menggunakan denim sebagai bahan utama. Chitra Subyakto, pendiri dan Direktur Kreatif SMM bilang, “Saya sudah lama tertarik untuk mengeksplorasi denim, namun terkendala dengan proses yang pada umumnya menggunakan banyak air dan energi sehingga kurang ramah lingkungan. Saya dan tim berdiskusi dengan para mitra penenun, dan bersama-sama kami mengeksplorasi denim yang positif bagi alam (nature positive). Setelah melalui proses panjang, kami sangat gembira bisa menghadirkan koleksi ‘Tarum’, denim yang dibuat dengan teknik tenun tangan (handwoven) secara bertanggung jawab.” Chitra menambahkan, “Tarum adalah eksplorasi lanjutan dari koleksi Baur, di mana saat mendesain kami juga memikirkan hasil akhir produk, penggunaan air yang sangat minim, serta lebih ramah lingkungan.”
Tarum tumbuhan indigo dan benang daur ulang
Koleksi berbasis denim ini diberi tajuk “Tarum”. Tarum adalah tumbuhan indigo (Indigofera tinctoria), yang menghasilkan warna biru. Warna biru ini turut mendominasi koleksi denim yang diluncurkan hari ini. Terdapat empat jenis benang yang digunakan dalam pembuatan denim koleksi “Tarum”, di antaranya benang daur ulang (recycled yarn), benang katun yang dipintal secara manual dengan tangan (handspun yarn), serta dua benang katun yang masing-masing diwarnai menggunakan tumbuhan tarum yang menghasilkan rona kebiruan dan juga kayu secang yang secara manis menghasilkan warna coklat kemerahan. Benang-benang ini kemudian ditenun menjadi kain denim menggunakan teknik penenunan tangan (handwoven) yang ditandai dengan adanya jahitan garis benang merah selvedge. Keseluruhan proses pemintalan benang, pewarnaan benang, dan penenunan ini dilakukan oleh mitra pengrajin SMM di beberapa tempat di Jawa Tengah. Selain itu, benang daur ulang yang dipakai untuk koleksi “Tarum” diperoleh dari program pengumpulan pakaian bekas tidak layak pakai yang dilakukan oleh SMM bersama EcoTouch. Program ini berjalan sejak tahun 2021 lalu, dan sampai bulan Agustus 2023 telah terkumpul 23,8 ton pakaian yang kemudian diproses oleh EcoTouch di Bandung.
Gaya Indonesia Modern berjejak kultur tradisi
Kreatifitas rancangannya sendiri terlihat chic, dengan nuansa inspirasi budaya Indonesia. Misalnya kebaya berbahan denim tanpa detail tanpa renda. Lalu terdapat pula sarung, kutang, celana, kemeja, hingga jaket yang sebagian ditambahkan aksen motif khas SMM dan sentuhan renda katun yang apik. Secara keseluruhan bisa dikatakan jika koleksi Tarum ini menampilkan contoh pakaian Indonesia modern, ringkas tetapi berjejak kultur tradisi. Sebagai aksen, terdapat patchwork kain perca dari koleksi Daur (upcycle) juga tampak menghiasi beberapa busana yang diluncurkan. Terdapat 17 set rancangan dari koleksi “Tarum” yang ditampilkan pada gelaran ini.Sebagai pelengkap busana, SMM juga berkolaborasi dengan Sepatu Compass dan Marista Santividya untuk alas kaki, perhiasan dari LITANY, serta tas dari Sakombu.
Hand-dye empat belas kali dengan 1 liter air
Sedangkan Bapak Mugi, mitra penenun SMM di kota Pekalongan yang terlibat dalam proses penenunan menjelaskan, “Kami memproduksi 40 meter kain denim untuk koleksi Tarum ini, di mana sebelum proses penenunan dimulai, sejumlah tahap persiapan perlu dilakukan, antara lain menggulung benang, mewarnai, menghani, dan pencucukan yang keseluruhan prosesnya memakan waktu 12 hari. Kemudian masuk ke proses penenunan, pencucian dan pengeringan selama dua hari, serta satu hari tambahan untuk proses pengendalian mutu.” “Untuk proses pewarnaan benang, kami menggunakan pewarna nabati dengan teknik pencelupan tangan (hand-dye) sebanyak 14 kali, menggunakan satu liter air untuk tahap pewarnaan dan satu liter air untuk tahap pencucian. Cairan pewarna nabati dan air cucian ini bisa digunakan berulang-ulang sampai habis sehingga tidak menyisakan limbah.” pungkas Pak Mugi
Teman-teman Sejauh Mata Memandang
Dalam peluncuran ini, SMM juga menggandeng aktris Lutesha sebagai muse serta sederet aktivis lingkungan yang membawa pesan penting untuk lingkungan dan mengingatkan kita untuk selalu aktif merawat Bumi, di antaranya : Tiza Mafira (Diet Plastik Indonesia), Davina Veronica (BOS Foundation), Butet Manurung (Sokola Rimba), Isabel Wijsen (Bye Bye Plastic Bags), Swietenia Puspa Lestari (Divers Clean Action), Melissa Kowara (Extinction Rebellion), Nadia Mulya (Langit Biru Pertiwi), Aurelie Moeremans (WWF Indonesia), Andhyta F. Utami (Think Policy Society), dan Rahma Shofiana (Greenpeace Indonesia). Dalam gelaran ini, Sejauh Mata Memandang juga melibatkan musisi Gabber Modus Operandi dan juga Dere dalam pembuatan musik pengiring presentasi koleksi “Tarum”.